Jumat, 02 Januari 2015

KKN STAIN Palangka Raya Angkatan XXVII T.A 2014

kami dari KKN Kelompok III, dari kiri ke kanan Andri, Beni Ardilawati, Luthfi, Amir Mahmud, Elsi Yuliansari, Piramitha Handayani, MIsteni, Ahmad, Ardi Yusminata.
Struktur kelompok kamii terdiri dari Amir Mahmud sebagai Ketua, Elsi Yuliansari sebagai Sekretaris, Pramitha Handayani sebagai Bendahara, Ardi Sebagai seksi Ekonomi masyarakat, Ahmad sebagai seksi Keagamaan, Andri sebagai seksi Lingkungan, Lutfhi sebagai seksi Pendidikan, Misteni sebagai seksi Humas dan Beni Ardilawati sebagai seksi Kesehatan.

kami ditugaskan di sebuah kelurahan Petuk Bukit, kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya dengan jumlah penduduk sekitar 923 jiwa pada tahun 2013 terdiri dari 489 jiwa laki-laki dan 434 jiwa perempuan.



salah satu program kerja kami di bidang pendidikan yakni mengadakan bimbingan belajar vgratis untuk anak-anak dari tngkat SD - SMA.
s


Minggu, 28 Desember 2014

my family



galau tingkat dewa


“Galau Tingkat Dewa”
(Amir Mahmud-Mahasiswa KPI)

Perguruan tinggi sejatinya adalah tempat berprosesnya seorang mahasiswa menjadi kader-kader bangsa yang berkualitas. Sebagai lembaga pendidikan tertinggi maka adalah wajib setiap perguruan tinggi mennyajikan model pendidikan yang berdaya saing dan berkarakter.  Tidak terkecuali STAIN Palangka Raya.

STAIN Palangka Raya sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam Negeri yang ada di Kalimantan Tengah. kita sebagai civitas akademika patut berbangga hati. Bangunan yang megah, gedung-gedung bertingkat menjadi pemandangan yang khas di kampus kita tercinta ini. Namun apalah arti bangunan mewah dan gedung-gedung bertingkat itu, kalau dinamika yang bergejolak di dalamnya begitu mengiris hati bagi para mahasiswa sebagai ruh kampus. 
Kalau kita mau flashback dan berpikir sedikit tentu kita akan menyadari dan sungguh sangat ironi bahkan mungkin kalian akan merasakan kegalauan tingkat tinggi seperti penulis. berbagai ketimpangan-ketimapangan dalam hal kebijakan yang dikeluarkan para elit kampus. Mahasiswa bukan lagi sebagai agen of change tetapi lebih kepada anak TK yang senantiasa dituntun dan bahkan yang lebih parah lagi mahasiswa seakan tidak mengerti atau memang tidak paham tentang hak-hak mereka yang dirampas dan dizdolimi dengan kebijakan-kebijakan yang merugikan mahasiswa. Kalau yang seperti ini kita biarkan, maka kemudian kita tidak pantas lagi di sebut sebagai agen of change, tetapi pantasnya “afcek”  atau “agen of cuek”.

Adalah wajar kalau mahasiswa memenuhi kewajibannya membayar SPP karena telah menerima haknya menuntut ilmu, tetapi apakah wajar kalau pembayaran SPP yang belum waktunya sudah di tetapkan dengan
dalih bahwa keuangan kampus sedang menipis. Kalau dengan alasan yang seperti ini, maka tidak ubahnya mahasiswa itu sebagai sapi perah dan tumbal kampus yang harus rela diperas kapan saja walaupun belum waktunya diperah. Ini hanya segelumit permasalahan yang ada di kampus kita.
Belum lagi kalau kita mau menilik kebijakan-kebijakan lainnya yang sangat tidak pro terhadap mahasiswa, maka hati kalian akan semakin galau melihat keadaan kampus yang kita lihat megah dan berwibawa dari luar ini, tetapi sejatinya buruk di dalamnya. Entah alasan apa yang membuat para pimnpinan kampus genjar mempromosikan alih status STAIN mejadi IAIN. tapi menurut penulis status STAIN saja tidak beres apalagi IAIN.
Dema yang dipilih secara demmokratis yang katanya refresentatif suara mahasiswa dan bisa memberi solusi terhadap kegalauan mahasiswa, ternyata malah ikut-iktuan bikin pengumuman pembayaran dema dengan limit waktu yang tidak jauh beda denga pembayaran SPP dan dicantumkan sanksi pula. Apa Dema kita ini gak edan?
Bangunlah kalian wahai para sahabat perjuangan. Jangan kalian duduk manis dan tidur dengan tenang. Semantara hak-hak kalian “diperkosa”. Kita ini bukan anak TK, kita ini bukan siswa, Tapi kita mahasiswa. Gunakan nalar berpikir kalian jangan pernah takut memperjuangkan kebenaran. kuliah tidak cukup hanya dengan duduk manis mendengarkan dosen mengoceh di depan kelas. Tapi kita perlu kritis terhadap persoalan yang ada di lingkugan kita.